Aku bertemu dgn salah satu calon mahasiswa baru yg ternyata mahasiswa S3. Kepanikan mulai berkurang sedikit demi sedikit. Berkurang bukan hanya krn bertemu rekan, namun kondisi tempat berkumpul ternyata masih sepi, jauh dari ekspektasi. Mungkin krn kondisinya berbeda, sekolah pascasarjana dan sarjana. Tapi, suasana tenang tsb tidak berlangsung lama. Tetiba kepanikan meningkat krn ada calong mahasiswa lain yg datang ke dekat kami. Dia mengatakan kalau ternyata lokasi kumpul bukan di sini, tp di tempat lain. Kemudian kita memastikan dgn bertanya kembali ke satpam. Setelah beberapa kali lari2 dan bertanya, akhirnya menemukan tempat yg kemungkinan besar memang tempat kumpul yg benar.
Bernyata kepanikan masih tetap ada. panik yg sama, yaitu ragu kalau tempat kita berdiri adalah tempat yg benar. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 lebih, tp orang2 yg ada masih hitungan jari. Panik makin menjadi, tp akhirnya disepakati utk tetap di lokasi, tidak pindah2 lg.
Satu demi satu orang berdatangan. Jumlah orang yg datang sebading secara eksponensial mendekati jam 8. Antrean mulai terbentuk dari hanya satu banjar, bertambah dua banjar, hingga tiga banjar krn jumlahnya yg sangat banyak. Kepanikan pun akhirnya menghilang setelah melihat banyaknya orang yg antre.
Di dlm antrean aku pun berkenalan dan ngobrol2. Dari sedikit orang yg berkenalan td, ternyata ada 1 orang yg opsinya sama dgnku, opsi RMKI. Kami pun akhirnya ngobrol2 lebih bnyak hingga gerbang dibuka.
(bersambung) — ditulis sambil mendengarkan Moonlight Sonata 1st Movement (Beethoven)
Since you've made it this far, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! For feedback, please ping me on Twitter.
Published